Friday, July 27, 2007

Tugas Diakonia HKBP Makin Berat

Tugas diakonia HKBP ke depan ini masih sangat berat mengingat banyak hal dalam pelayanan diakonia ini sudah luput dari perhatian kita. Sebagai contoh, dulu ada poti parasian dalam rumah-rumah warga jemaat untuk sesewaktu siap disalurkan bagi warga yang memerlukan. Pada zaman misionaris poti parasian ini dikelola dengan baik sementara sekarang istilah poti parasian tinggal catatan sejarah.

Demikian dikatakan Kepala Departemen Diakonia HKBP Pdt Nelson F Siregar, STh dalam diskusi tentang pelayanan diakonia HKBP di Rantauprapat, Minggu, 2 Oktober 2005. Dalam diskusi yang dihadiri 50 warga, sintua, guru huria, diakones, bibelvrouw, dan pendeta di berbagai jemaat HKBP di sekitar Rantauprapat itu terungkap bahwa tugas pelayanan Diakonia HKBP sangat berat dan tantangannya masih sangat besar. Tugas berat itu dikarenakan pelayanan diakonia sudah lama tidak populer dan semakin lama semakin dipersempit dalam persembahan khusus untuk pelayanan diakoni sosial saja yang dilakukan sekali dalam setahun. Sedangkan tantangan yang besar itu dikarenakan "kaum ter-" (terbelakang, terpinggirkan, tertindas, terabaikan, dll) dalam gereja dan masyarakat kita masih banyak. Tantangan lainnya adalah sumber-sumber keuangan HKBP yang belum terinventaris dengan baik sehingga belum dapat dikelola secara optimal.

Mengingat berbagai tantangan dan tugas itu, menurut Kadep Daikonia, HKBP harsu membuat loncatan untuk mengejar berbagai ketertinggalannya. Sebagai contoh, Pdt Nelson menuturkan berbagai layanan diakoni di Bangladesh dan Kamboja yang meskipun warga Kristen sangat kecil namun programnya berjalan sangat baik dan akuntabel sehingga sangat dipercaya oleh pemerintah setempat. Untuk itu, Pdt Nelson akan mengirim 30 pendeta muda setiap tahun untuk belajar di kedua negara tersebut.

Dalam diskusi yang berlangsung di rumah salah seorang warga jemaat (M.T. Lumban Gaol/br Purba) itu, Pdt Nelson menyatakan bahwa "kaum ter-" tersebut harus diikutsertakan dalam pelayanan diakonia HKBP. Menurut Pdt Siregar, salah satu cara dalam pelayanan diakoni adalah dengan tidak memberi "ikan" melainkan memberi "kail" atau "pancing".
Rantauprapat, <>Minggu, 2 Oktober 2005, www.hkbp.or.id

No comments: